Cerpen Diary Depresi Ku
Cerpen Diary Depresiku
Aku adalah Ayah dari satu orang anak, aku terlahir di dalam keluarga yang tergolong sangat miskin, saat ini dalam keluarga hanya tinggal aku,istri dan satu orang anak ku yang masih sekolah kelas 3 SD. Keseharian ku adalah buruh serabutan, Istriku juga bekerja ketika ada yang membutuhkan jasanya untuk mencuci baju, apapun itu bagiku yang terpenting bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan dapur setiap harinya, sebelumnya kondisi keluarga ku berjalan biasa biasa saja, melihat canda dan tawa dari ke dua orang yang ku sayangi adalah kado terindah bagi ku, seakan menghapus peluh ku di tengah penatnya pekerjaan ku.
Bagiku senyumannya lah yang bisa menahan rasa laparku, ditambah dengan mendengar berita bahwa anakku adalah salah satu siswa berprestasi di sekolahnya, Banga sekali rasanya, Aku bertekat agar anak ku tidak merasakan kesulitan seperti yang kami alami, aku ingin ia fokus belajar agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Setidaknya tidak seperti kedua orang tuanya.
Sampai disuatu ketika Aku pergi ke pasar bermagsud agar ada yang memakai jasaku untuk sekedar mengangkut beras atau sejenisnya, namun kenyataan tak seperti biasanya, pasar yang dulunya ramai sekarang menjadi sepi, ruko yang biasanya berlangganan menyewa jasa ku, ku liahat tutup, hanya ada beberapa orang yang datang untuk belanja lalu pergi, itupun terburu buru. Namun aku tetap bersabar sembari berharap ada rezeki di hari.
Pagi pun berganti sore tak satupun yang memanggil ku untuk menyewa jasaku, lalu dengan hati yang pasrah, ku iklaskan tuk kembali ke rumah. Tiba di rumah kulihat anakku yang sedang sibuk belajar dan istriku yang tengah menantikan kepulanganku dengan harapan membawa sesuatu untuk di masak, saat itu ku beranikan diriku untuk meminta maaf kepada istriku dan menjelaskan bahwa aku tak bisa membawa rezeki hari ini.
Alangkah terharunya aku ketika melihat ternyata istriku mampu untuk menerima hal itu dan menjelaskan akan meminjam beras di warung sebelah untuk sementara aku dapat rezeki, Rasa malu bercampur tetesan air mata terpaksa ku sembunyikan agar aku terlihat tegar di mata istriku.
Keesokan harinya aku pergi ke gudang bosku seorang penjual betako bermaksud untuk menanyakan pekerjaan, namun hasilnya nihil, katanya sekarang sedang sepi orderan, ku hempaskan kedua kakiku yang seakan tidak bertenaga ini untuk kembali ke pasar berharap ada rezeki untuk hari ini.
Namun seakan doaku tidak didengar, hal yang sama terjadi lagi, tak satupun rezeki menghampiriku, dari pagi sampai matahari mulai terbenam ku habiskin dengan melamun di pinggiran pasar sembari berharap, berat sekali rasanya kembali pulang, rasa malu dan sedih bercampur seakan tidak ada gunanya aku hidup.
Tiba di rumah dengan wajah yang sayu kulihat istriku yang sedang mengajari anakku, melihat wajahnya, takterasa air mata ini menetes, lalu istriku menghampiriku dan menjelaskan pada ku bahwa mulai hari ini sekolah di liburkan dan diwajibkan untuk belajar di rumah, seolah tidak mengerti akan keadaan, ku beri semangat kepada anakku agar tetap rajin dalam belajar, namun disini anakku menjelaskan bahwa dia meminta sebuah HP untuk bisa belajar, namun aku hanya sekedar meng iya kan sajan dengan tujuan supaya anakku tetap semangat belajar.
Hari berganti hari situasipun tidak ada perubahan setibanya di rumah seperti biasa istriku menantikan kepulangan ku berharap ada sesuatu untu di masak, namun disaat aku menjelaskan hal yang sama, kali ini istriku tidak lagi setabah kemarin, ia menjelaskan bahwa semua warung yang ada di sekitaran sudah dipinjaminya beras, dan anaknya menangis dari tadi karena tidak bisa belajar.
Ku hampiri anakku yang sedang menangis bermagsud untuk menanyakannya, anakku trus menangis dan menjelaskan bahwa tanpa HP ia tidak bisa menerima soal dari Gurunya, perlahan istriku menjelaskan kondisi saat ini kepada ku, hatiku terpukul berat berfikir cari uang untuk makan saja susah sekarang anakku meminta HP lagi, namun dengan wajah yang pura pura tegar ku beri semangat kepada anakku, ku yakinkan ia besok akan dibelikan HP agar bisa tetap belajar.
Keesokan harinya pagi pagi buta ku sisiri jalanan sampai ke pasar bermagsud agar mendapatkan lebih awal rezeki di hari itu, di saat aku duduk di atas trotoar jalan pada saat itu melintas seorang ibu ibu yang menggenggam HP di tangannya, terlintas niat jahat dipikiranku namun hati kecilku menolaknya, seakan terbayang bayang dengan wajah anakku yang meminta HP, kubranikan diriku untuk mengambil HP di genggaman ibu ibu itu, seketika Ibu tersebut meneriaki ku MALING dan aku pun di kejar masyarakat sekitar dan di kroyok hingga Hidupku TAMAT.
Cerita di atas hanya karangan fiktif semta dan kami mohon maaf apabila ada kesamaan alur atau menyinggung perasaan seseorang.
Mari kita belajar atas apa yang terjadi saat ini agar bisa jauh lebih baik untuk kedepan.
Posting Komentar untuk "Cerpen Diary Depresi Ku"