Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keikhasan dalam keluguan

Keikhasan dalam keluguan

 Mencari Tuhan

Suatu ketika seorang anak sedang di ajak menuju ke Pura oleh orang tuanya, anak tersebut baru pertama kalinya di ajak oleh orang tuanya untuk sembahyang ke Pura tersebut, akan tetapi anak tersebut sering melihat orang tuanya sembahyang di rumah mereka namun karena keluguan anak tersebut dia tidak tahu apa yang dilakukan oleh orang tuanya itu.

Diceritakan pada kisah ini orang tua dari anak tersebut adalah orang yang tekun akan agamanya dan rajin mempelajari ajaran agamanya bahkan mampu menghafalkan mantra mantra suci.

Tepat pada hari raya suci juga bertepatan adanya upacara di Pura tersebut, mereka menyempatkan diri untuk menghaturkan bhakti ke Pura tersebut. Ketika itu pemedek yang tangkil lumayan banyak jadi mereka harus antre untuk sembahyang ke utamaning Mandala pura, tepat di Madya Mandala Pura (sisi tengah) ketika sedang mengantre anak tersebut terheran, dan bertanya kepada orang tuanya,

Anak : Ayah kenapa banyak orang datang kesini?

Ayah : Untuk Sembahyang nak!

Anak : Kenapa kita harus sembahyang Yah?

Ayah : Untuk Memohon keselamatan kepada Tuhan yang maha Esa nak!

Anak : Tuhan itu siapa Yah?

Ayah : Adalah ia yang menciptakan kamu Ayah dan semua mahluk hidup di dunia ini!

Anak : Tuhan itu Baik ya Yah?

Ayah : Iya Anak ku!

Anak : Bagaimana caranya saya bisa bertemu Tuhan?

Ayah : Berbuat baik lah dan Rajin Sembahyang, maka tuhan akan ada di sisi mu, karena Tuhan akan datang kepada mereka yang datang padanya.

Lalu waktu sembahyang pun di mulai, karena Anak ini belum mengerti apa apa dia pun hanya menirukan gaya dari orang tuanya sambil melihat lihat di sekelilingnya. Selesai sembahyang dalam perjalanan Anak itu pun dengan polosnya bertanya lagi kepada Ayahnya,

Anak : Ayah Aku kok tadi pas Sembahyang tidak bertemu dengan Tuhan?

Ayah : Belum nak, untuk bertemu Tuhan kamu harus didasari oleh hati yang tulus dan sungguh sungguh!

Anak : Ayah seperti apa sih wajah Tuhan itu?

Lalu Ayahnya tersenyum sambil mengelus kepala Anaknya

Ayah : Nanti kamu juga akan tau nak!

Dengan wajah yang amat penasaran sang anak pun hanya menganggukan kepalanya. 

Lalu layaknya rutinitas setiap hari lalu mereka pun melakukan kesehariannya dengan bisanya, sampai di suatu ketika, sang Ayah mengalami sakit yang amat parah, sang Anak pun bersedih karena dia tidak lagi bisa mendengarkan cerita Ayahnya. Sambil menatapi Ayahnya lalu ia pun teringat akan kisah dimana saat mereka ke pura pada waktu itu.

Lalu dengan busana seadanya dia pun bergegas pergi ke mrajannya, dengan posisi bersila dan tanpa sarana apapun dia pun menangis di depan pelinggih, dicakupkanlah kedua tangannya sambil berdoa dengan bahasa seadanya layaknya anak kecil pada saat itu,

Anak : Tuhan kata Ayah kamu sangat baik, Aku ingin bertemu Tuhan, sekarang aku sudah sembahyang, kata Ayah jika sembahyan tuhan akan memberikan keselamatan kepada saya.

Sambil menangis dia pun menghentikan doanya sejenak sambil melihat di sekelilingnya, dirasa tidak ada siapapun, diapun menangis semakin kencang dan melanjutkan doanya,

Anak : Tuhan aku pingin bertemu, sekarang aku sembahyang bukan untuk keselamatan aku, sekarang Ayah sakit, aku ingin dia sembuh.

Ketika sang Anak menoleh ke depan tiba tiba munculah sebuah sinar suci yang amat terang dan bersabda,

Tuhan : Nak, ini kasih Ayahnya ya! (Daun Sirih) tempelkan pada dahinya!

Dengan wajah takut sang Anak pun mengambil daun sirih tersebut setelah itu tuhan bersabda lagi,

Tuhan : Nak, dadi cening ngajekanginan kewale de cening ngaje kanginan!

Setelah itu cahaya yang berada di depannya pun menghilang, lalu Anak tersebut bergegas untuk menemui ayahnya dan menempelkan daun sirih tersebut pada dahi Ayahnya.

Seketika pada saat itu Ayahnya pun tersadar, layaknya keajaiban Ibunya pun sampai tidak bisa berkata apa apa, lalu dengan wajah yang amat gembira sang Anak pun memeluk Ayahnya, Lalu dengan wajah yang ketakutan Ibunya pun bertanya kepada Anaknya,

Ibu : Nak, kamu dapat daun itu dari siapa?

Dengan wajah polos sambil tersenyum anaknya menjawab

Anak : TUHAN!

Dan cerita pun TAMAT


Dari cerita di atas dapat kami simpulkan bahwa:

1. Hendaklah kepada setiap orang tua menjawab dan mengarahkan ketika ada pertanyaan dari Anaknya bahkan sekonyol apapun.

2. Tuhan akan senantiasa datang kepada hambanya ketika hambanya datang kepadanya bahkan dengan cara apapun

3. Tuhan akan berwujud apapun seperti yang dipikirkan hambanya (dalam cerita ini karena sang anak belum mengetahui apapun tentang gambaran tuhan maka Tuhan berwujud cahaya)

4. Tuhan akan berbicara seperti apa yang di ketahui hambanya

5. Tuhan menyarankan umatnya untuk mempelajari semua jenis sastra pengetahuan agama dengan tujuan pendekatan diri kepadanya, namun jika itu di dasari nafsu dan tujuan yg tidak baik dan hati yang tidak tulus maka Tuhan tidak akan pernah datang kepadanya, melainkan jika mereka yang tanpa pengetahuan apapun namun dengan hati yang tulus iklas datang kepadanya maka Tuhan akan senantiasa hadir untuk mereka yang memujanya dengan wujud apapun.

6. Alangkah lebih baiknya jika dengan berlandaskan sastra Agama (dalam hal ini berarti etika) dan dengan didasari hati yang tulus iklas kita sujud bakti menghadap ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, maka hal ini akan lebih di terima oleh Tuhan Yang Maha Esa.

7. Tuhan menyarankan umatnya untuk mengetahui akan tetapi Tuhan tidak menyalahkan umatnya yg tidak tahu.


Cerita di atas hanya karangan saja tanpa berlandaskan sastra apapun dimana dengan magsud dan tujuan untuk memotivasi agar kita bisa jauh lebih baik dalam melangkah, kami mohon maaf jika ada kesalahan kalimat ataupun ucapan yang kurang berkenan dalam cerita di atas.

Mari kita ambil sisi baiknya

Astungkara sami Rahayu.

Posting Komentar untuk "Keikhasan dalam keluguan"