Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buah Pare Dengan Kehidupan Apa Kaitannya?

Buah Pare Dengan Kehidupan Apa Kaitannya?
Buah Pare Dengan Kehidupan Apa Kaitannya?


Menjalani kehidupan yang sangat berat ini, Saya sangat belajar banyak dari sebuah pare yang sering dijadikan sayuran untuk hidangan makan di rumah saya.

Awalnya ketika saya pulang dari penatnya pekerjaan saya merasa lapar dan bermagsud untuk makan, menju ke dapur, melihat bahwa yang dijadikan sayuran pada saat itu adalah sayuran pare, saya merasa sangat kesal dan jengkel sekali karena saya tidak suka dengan sayuran tersebut.

Hari ke dua ketika hendak makan saya juga melihat sayuran tersebut berada di atas meja makan, rasa lapar di campur dengan amarah rasanya saya ingin banting semua makanan yang ada di atas meja tersebut, namun emosi saya masih bisa terkendali pada saat itu, lalu saya memilih untuk mengurung diri di kamar sembari memainkan HP saya dengan tidak jelas.

Seiring berjalannya waktu perut pun tidak bisa di ajak kompromi lagi. Seakan membrontak ingin makanan, sejenak saya merasa tidak adil dengan kehidupan yang saya jalani, mulai dari beban pekerjaan yang berat, rekan kerja yang tidak bersahabat, rumah tangga yang selalu menekan saya, berat sekali jika dirasakan, ditengah hayalan saya tentang rasa mengeluh dengan kehidupan ini perut pun sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi.

Dengan keadaan yang terpaksa saya berusaha iklas menyantap hidangan di atas meja yang di sana ada sayur pare yang paling tidak saya sukai. Awal menyentuh lidah rasanya sudah tidak enak, rasa pahit, jijik ah gado gado lah pokoknya, namun saya tetap harus memakannya karena adanya cuman itu aja.

Cerita terus berjalan akhirnya saya berhasil menghabiskan sepiring nasi dengan sayur pare tersebut. Keesokan harinya lagi lagi seperti kemarin kemarin sayur pare sudah menanti saya di atas meja makan, serentak saya bertanya kepada Ibu dengan nada yang sedikit tinggi.

Bu...Apa di pasar sudah tidak ada sayur lain...?

Dari kemarin ini ini aja..?

Lalu ibu dengan nada lembut seperti berbicara dengan anak berusia 5 tahun menjawab.

Lalu apakah kamu puanya uang untuk ibu masakin masakan kesukaan kamu...?

Saya menunduk dan menjawab tidak Bu...!!

Hari berganti seperti biasa saya tetap di hidangkan sayur pare di atas meja, namun kali ini saya tidak berbicara apa dan terus memakan makanan yang dihidangkan dengan perasaan yang terpaksa.

Waktu berlalu Ibu melihat saya seperti sudah biasa memakan sayur pare tersebut lalu ibu menghampiri saya dan bertanya,

Bagaimana rasa parenya nak....?

saya jawab Biasa aja Bu...!!

Lalu ibu bertanya lagi Apakah masih terasa pahitnya...?

Lalu saya jawab tidak Bu...!!

Seketika setelah menjawab pertanyaan Ibu saya tersentak heran dalam hati saya berkata, Kok bisa ya...??? Ibu tersenyum lalu menjelaskan sesuatu dengan saya, Begitulah kehidupan nak, ada yang manis ada juga yang pahit.

Ketika kita berada di titik terendah dalam kehidupan jika di rasakan dan di pikirkan itu pahit maka akan terasa sangat pahit.

Sama seperti makan sayur pare, ketika dari awal sudah di anggap pahit, maka akan terasa pahit, namun saat kita terbiasa memakannya rasa pait dari pare akan tidak terasa lagi.

Begitu pula dengan kehidupan ini, ketika kita berfikir bahwa kehidupan yang pahit memang harus dijalani mau gak mau kita harus lewati hal itu, namun ketika kita mampu membuatnya menjadi suatu kebutuhan yang nikmat tuk dijalani, Ibu yakin Sepahit apapun kehidupan ini akan tidak terasa.

Beda halnya jika kamu sudah punya uang untuk membeli sayuran yang enak itu berarti kamu sudah mampu untuk membuat kehidupanmu menjadi manis seperti orang orang di luaran sana.

Lalu yang paling membuat saya sangat bersemangat adalah ketika Ibu berpesan, 

Nak Ibu mau kamu belajar dari setiap hal buruk dalam kehidupanmu, mampu mengatasi dan bertekat untuk mengubahnya untuk menjadi lebih baik, yang terpenting adalah nikmati setiap perjalanan dalam kehidupan baik itu manis maupun pahit, Ibu yakin ketika kamu sudah terbiasa dengan hal itu niscaya tak ada lagi kesedihan dalam hidupmu.

 Jangan malu terlahir miskin, Tapi malulah ketika mati kita miskin.

Saya mulai paham mengapa Ibu selalu menghidangkan sayur pare untuk saya.

Kiranya seperti itulah gambaran sebuah pare yang bisa saya jadikan pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan saya setidaknya memberikan saya kekuatan untuk tidak menyerah ditengah kerasnya ekonomi seperti sekarang ini.

Semoga kita semua bisa menjalani kerasnya kehidupan dengan rasa syukur dan nikmat.
 

Posting Komentar untuk "Buah Pare Dengan Kehidupan Apa Kaitannya?"